Minggu, 27 Mei 2012

Abraham Maslow

Abraham Maslow (lahir 1 April 1908 – meninggal 8 Juni 1970 pada umur 62 tahun) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian.[1] Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologihumanistik.[1] Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.







Riwayat Hidup

Abraham Harold Maslow dilahirkan di BrooklynNew York, pada tanggal 1 April 1908.[2] Maslow dibesarkan dalam keluarga YahudiRusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.[3] Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.[2]
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu.[4] Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku.[4] Ia awalnya berkuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin.[4] Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow.[4] Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.[4]
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College.[2] Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.[4] Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia.[4] Ia menulis dalam subjek-subjek ini dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan.[4] Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman.[4] Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an.[4] Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan behaviorisme.[4]
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun.[3] Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri.[3] Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.[3]
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970.[3]Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.[3]

[sunting]Teori Humanistik dan Aktualisasi Diri

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.[5] Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needsatau Hirarki Kebutuhan.[5] Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya.[6] Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia.[6] Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.[6]
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.[6] Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental.[6] Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya.[6] Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.[6]

[sunting]Hirarki Kebutuhan

Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.[7] Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.[7] Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). [7] Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
  2. Kebutuhan akan rasa aman
  3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
  4. Kebutuhan untuk dihargai
  5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis.[3] Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu). [3]Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin.[3] Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya.[3] Ketika dia sudah cukup mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya.[3]
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut.[3] Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan.[3] Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.[3]

[sunting]Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. [7]Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.[7] Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).[7] jhgcj,vhgk,lb vjl/jn. . ; .kn/klhpi'h

[sunting]Kebutuhan Rasa Aman

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya.[5] Karena adanya kebutuhan inilah maka [[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistemasuransi, pensiun dan sebagainya.[5] Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.[5]

[sunting]Kebutuhan Dicintai dan Disayangi

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs)[5]Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain.[5] Ia ingin mencintai dan dicintai.[5] Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan.[5] Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat.[5] Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll.[5]Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga.[5] Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.[5]

[sunting]Kebutuhan Harga Diri

Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs)[5] Ada dua macam kebutuhan akan harga diri.[5] Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian.[5] Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain.[5] Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).[7]

[sunting]Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi.[7]Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.[7]

[sunting]Meta Kebutuhan dan Meta Patologi

Menurut Maslow, meta kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari:
  • Kebenaran
  • Kebaikan
  • Keindahan atau kecantikan
  • Keseluruhan (kesatuan)
  • Dikotomi-transedensi
  • Berkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
  • Keunikan
  • Kesempurnaan
  • Keniscayaan
  • Penyelesaian
  • Keadilan
  • Keteraturan
  • Kesederhanaan
  • Kekayaan (banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
  • Tanpa susah payah (santai, tidak tegang)
  • Bermain (fun, rekreasi, humor)
  • Mencukupi diri sendiri

[sunting]Meta Patologi

Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti:
  • Apatisme
  • Kebosanan
  • Putus asa
  • Tidak punya rasa humor lagi
  • Keterasingan
  • Mementingkan diri sendiri
  • Kehilangan selera dan sebagainya

[sunting]Kritik

Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik.[3] Hal ini dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. [3] Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. [3] Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika. [3]

ANALISIS MASALAH DENGAN BERBAGAI MODEL KONSEPTUALISASI


Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi �potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak � kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Individu Abraham Maslow (dalam Schultz, 1991), manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah Aktualisasi Diri.

Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: 1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2. kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman 3. kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta 4. kebutuhan-kebutuhan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri di atas nampaknya merupakan suatu kondisi puncak dari perkembangan individu. Pada awalnya maslow menyatakan bahwa orang-orang yang teraktualisasi diri hanya terdapat pada orang-orang berusia lanjut, cenderung dipandang sebagai suatu keadaan puncak atau keadaan akhir suatu tujuan jangka panjang, bukan sebagai suatu proses dinamis yang terus-menerus. 

Namun Maslow juga menyatakan bahwa orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya, tetapi memiliki kemungkinan untuk memperlihatkan pertumbuhan baik ke arah aktualisasi diri.

aktualisasi diri


Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi �potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak � kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Individu Abraham Maslow (dalam Schultz, 1991), manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah Aktualisasi Diri.

Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: 1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2. kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman 3. kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta 4. kebutuhan-kebutuhan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri di atas nampaknya merupakan suatu kondisi puncak dari perkembangan individu. Pada awalnya maslow menyatakan bahwa orang-orang yang teraktualisasi diri hanya terdapat pada orang-orang berusia lanjut, cenderung dipandang sebagai suatu keadaan puncak atau keadaan akhir suatu tujuan jangka panjang, bukan sebagai suatu proses dinamis yang terus-menerus. 

Namun Maslow juga menyatakan bahwa orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya, tetapi memiliki kemungkinan untuk memperlihatkan pertumbuhan baik ke arah aktualisasi diri.

DISKALKULIA

Ciri-ciri Diskalkulia :
1.Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2.Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3.Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4.Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5.Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6.Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7.Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8.Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main .
Selain kesulitan memahami bahasa matematika , anak disleksia-diskalkulia juga mengalami kesulitan dalam memaknai istilah-istilah non matematika, hal ini yang membuat mereka semakin susah menyelesaikan soal-soal matematika, terutama yang berbentuk soal cerita.
Contoh:
  • Untuk belajar membuat robot, Ayah harus membayar seratus ribu rupiah untuk empat kali pertemuan dimana satu kali pertemuan adalah 2 jam lamanya.
  • Anak disleksia bingung memaknai istilah “dimana”, “lamanya”
Apa yang dapat kita lakukan bagi penyandang disleksia-diskalkulia?
  • Gunakan bahasa matematika yang lebih sederhana, jelas dan lebih mudah dipahami anak disleksia
  • Latih anak untuk memahami dan menguasai simbol angka, dan symbol operasi perhitungan matematika
  • Bantu anak memahami soal cerita dengan cara menghadirkan benda-benda yang disebutkan dalam soal secara visual à Belajar praktikal
  • Gunakan kertas berpetak untuk membantu operasi perhitungan susun ke bawah
  • Lakukan fragmentasi soal cerita yang panjang menjadi kalimat kalimat pendek yang mudah dipaham.
  • Latih anak untuk mengerti dan menguasai konsep uang, misalnya dengan berlatih berbelanja sendiri mulai dari sejumlah barang yang sedikit sampai dengan yang cukup banyak
  • Kertas kerja dibacakan dan direkam dalam audio tape, anak membaca sambil menyimak audio tape
  • Gunakan buku agenda untuk mencatat kegiatan kegiatan dan pekerjaan rumah
  • Yakinkan bahwa instruksi disampaikan dengan jelas, perlahan sehingga murid mengerti
  • Gunakan kertas untuk menutup soal yang sudah atau belum dikerjakan, soal yang terlihat hanya soal yang sedang dikerjakan

Selain pendekatan khusus untuk aspek diskalkulianya, jangan lupakan strategi pembelajaran umum bagi anak penyandang disleksia yaitu digunakan pendekatan multisensoris (dapat berupa bantuan gambar, audiotape, dll), mengajarkan anak untuk menggunakan logikanya, bukan menghafal mati, berikan materi bertahap satu per satu, dan berikan materi dalam unit-unit kecil. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah memperhatikan aspek emosi anak. Selalu berikan semangat dan pujian pada setiap usaha perbaikan yang telah mereka tunjukkan.

Selasa, 22 Mei 2012

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK


LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
BIMBINGAN KELOMPOK
TOPIK : TUGAS

I.       TAHAP PEMBENTUKAN
1.      MENERIMA SECARA TERBUKA DAN MENGUCAPKAN TERIMA KASIH
2.      BERDOA
3.      MENJELASKAN BIMBINGAN KELOMPOK
4.      MENJELASKANTUJUAN BIMBINGAN KELOMPOK
5.      MENJELASKAN CARA PELAKSANAN BIMBINGAN KELOMPOK
6.      MENJELASAKAN ASAS-ASAS BIMBINGAN KELOMPOK
7.      PERKENALAN DILANJUKAN DENGAN PERMAINAN (RANGKAIN NAMA)

II. TAHAP PERALIHAN
8.      MENJELASAKAN KEMBALI KEGIATAN KELOMPOK
9.      TANYA JAWAB TENTANG KESIAPAN ANGGOTA UNTUK KEGIATAN LEBIH LANJUT
10.  MENGENALI SUASANA APABILA ANGGOTA SECARA KESELURUHAN/SEBAGIAN BELUM SIAP UNTUK MEMASUKI TAHAP BERIKUTNYA DAN MENGATASI SUASANA TERSEBUT
11.  MEMBERI CONTOH TOPIK BAHASAN YANG DIKEMUKAKAN DAN DIBAHAS DALAM KELOMPOK

III. TAHAP KEGIATAN
12.  PEMIMPIN KELOMPOK MENGEMUKAKAN TOPIK BAHASAN YANG TELAH DIPERSIAPKAN
13.  MENJELASKAN PENTINGNYA TOPIK TERSEBUT DIBAHAS DALAM KELOMPOK
14.  TANYA JAWAB TENTANG TOPIK YANG DIKEMUKAKAN PEMIMPIN KELOMPOK
15.  PEMBAHASAN TOPIK TERSEBUT SECARA TUNTAS
16.  S  E  L  I  N  G  A  N
17.  MENEGASKAN KOMITMEN PARA ANGGOTA KELOMPOK (APA YANG SEGERA DILAKUKAN BERKENAAN DENGAN TOPIK YANG TELAH DIBAHAS)

IV. TAHAP PENGAKHIRAN
18.  MENJELASAKAN BAHAWA KEGIATAN BIMBINGAN KELOMPOK AKAN DIAKHIRI
19.  ANGGOTA KELOMPOK MENGEMUKAKA KESAN DAN MENILAI KEMAJUAN YANG DICAPAI MASING-MASING
20.  PEMBAHASAN KEGIATAN LANJUTAN
21.  PESAN SERTA TANGGAPAN ANGGOTA KELOMPOK
22.  UCAPAN TERIMA KASIH
23.  BERDOA
24.  PERPISAHAN.